SI OMPONG YANG TAMPAN


( Serial kisah sahabat bag-6 )

Di Perang uhud, pada saat pasukan pemanah menyelisihi perintah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam,  kaum  muslimin terpukul mundur.

Orang orang musyrikin mendesak mereka sehingga sebagian dari kaum muslimin gugur.

Hari itu adalah hari ujian yang sebenarnya dan Allah memuliakan siapa yang Dia muliakan  dengan gugur sebagai syahid,  hingga pada akhirnya pasukan orang orang Musyrikin sampai kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam untuk membunuh beliau dan mencincang jasad beliau shalallahu 'alaihi wasallam

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu menuturkan :

لمّا كانَ يومُ أُحُدٍ كُسِرَت رَباعِيَةُ رَسولِ اللَّهِ ﷺ وشُجَّ فجعلَ الدَّمُ يسيلُ على وجهِهِ وجعلَ يمسحُ الدَّمَ عن وجهِهِ ويقولُ كيفَ يُفلِحُ قومٌ خضَّبوا وجهَ نبيِّهِم بالدَّمِ وَهوَ يَدعوهم إلى اللَّهِ 


" Pada waktu perang Uhud, gigi depan Nabi shalallahu 'alaihi wasallam patah, kepala  beliau terluka, darah mengalir dari wajah beliau, dan beliau  mengusap darah dari wajahnya seraya bersabda  : "Bagaimana bisa beruntung suaru kaum yang telah melukai wajah Nabi Nabi mereka padahal Nabi itu selalu menyeru  mereka kepada (Allah) Rabb mereka".

Namun Allah pun menurunkan firman-Nya sebagai teguran bagi Nabi shalallahu 'alaihi wasallam :

لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ

Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (QS' Ali 'Imran: 128)  (HR Bukhari)

Kondisi inilah saat saat yang paling sulit dalam kehidupan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dan inilah sebuah peluang emas bagi orang orang musyrikin dan mereka tidak menyia nyiakan kesempatan emas tersebut.

Mereka memfokuskan serangan kepada Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. Mereka sangat berambisi untuk menghabisi Nabi shalallahu 'alaihi wasallam.

'Utbah bin Abi Waqqash melempar Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dengan sebuah batu yang mengenai samping tubuh Nabi shalallahu 'alaihi wasallam sehingga gigi seri kanan bawah beliau terluka dan bibir bawah beliau bengkak.

Majulah 'Abdullah bin Syihab az-Zuhri melukai wajah beliau shalallahu alaihi wasallam, datang pula seorang prajurit berkuda yang tangguh, 'Abdullah bin Qami'ah, menebaskan pedangnya ke pundak Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, dengan sangat keras.

Karena tebasan inilah Nabi shalallahu alaihi wasallam  merasakan sakitnya selama sebulan, tetapi tebasan Ibnu Qami'ah tidak berhasil menembus dua baju besi yang dipakai Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, Kemudian dia menebaskan pedangnya kembali dengan sangat keras seperti tebasan pertama ke pipi Nabi sehingga dua ring topi baja Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menusuk pipi beliau shalallahu 'alaihi wasallam.

Ibnu Qami'ah melakukan itu sambil berkata, "Terimalah ini Aku adalah Ibnu Qami'ah." Maka Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab sambil mengusap darah dari wajahnya, "semoga Allah membinasakanmu."

Allah Ta'ala pun mengabulkan do'a Nabi shalallahu 'alaihi wasallam  sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Maghaazi karya Ibnu 'A-idz disebutkan bahwa Ibnu Qami'ah pulang ke keluarganya. Lalu dia pergi menengok dombanya. Domba itu kebetulan berada di atas gunung. Dia mendatanginya, tiba-tiba seekor domba jantan menyeruduknya dan menanduknya sehingga dia terpelanting jatuh dari puncak gunung sehingga tubuhnya remuk dan hancur. (Fathul Baari 7/366-373).

Tersebutlah seorang Sahabat yang mulia Abu 'Ubaidah bin al Jarrah  radhiyallahu 'anhu termasuk Sahabat yang teguh mendampingi Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. Dia menunjukkan kepahlawanannya dengan sangat baik.

Pada hari itu Abu'Ubaidah radhiyallahu 'anhu mencabut dua ring topi besi yang menancap di pipi Nabi shalallahu 'alihi wasallam  sehingga membuat dua gigi depan Abu 'Ubaidah tanggal, tetapi itu justru membuatnya semakin tampan sehingga dikatakan, "Tidak seorang pun yang gigi depannya tanggal yang paling tampan selain Abu'Ubaidah". (At-Thabaqaat  (III/l/298), al-Isti'aab (V/292), dan al-Mustadrak (III/2/266)

Demikianlah para sahabat dalam mengorbankan jiwa raganya demi Agama Allah dan dalam rangka membela Rasul-Nya, bukan dengan jaga GEREJA atau mengucapkan SELAMAT NATAL seperti yang di lakukan oleh sebagian kaum yang keblinger, Semoga kita bisa meneladani para Sahabat dalam mempertahankan aqidahnya dan perjuangan serta pengorbanannya dalam membela agama Allah, demikian semoga bermanfaat []

✍ Abu Ghozie As Sundawie

Hotel Nada Ad Dhiyafah, Sabtu 28 Des 2019, malam yang dingin di kota Makkah al Mukarromah
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url