UNTAIAN DOA INDAH PEMBUKA AKTIFITAS



Diantara do’a yang senantiasa dibaca oleh Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- setiap pagi seusai Shalat Subuh adalah seperti apa yang dituturkan oleh Ummul Mu’minin Umu Salamah Radliyallahu ‘anha :

أَنَّ النَّبِيَّ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  كَانَ يَقُولُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

“Bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam membaca doa apabila usai shalat Subuh ketika selesai salam; Allahumma inni as'aluka 'ilman-naafi'an, wa rizqan thayyiban, wa amalan mutaqabbalan (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik (halal) dan amal yang diterima). (HR Ibnu Majah : 3843, Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah 2/327).

Didalam do’a yang singkat, ringkas tapi dalam maknanya ini Rasulullah shalallahu alaihi wasallam meminta kepada Allah tiga hal yaitu : Ilmu yang bermanfa’at, rezeki yang baik lagi halal dan amalan yang diterima.

Dalam sebuah Hadits menggunakan lafadz :  Amalan yang shalih, sebagai pengganti lafadz: Amalan yang diterima, ini tidaklah ada perbedaan karena didalam perkara ibadah bahwa yang dimaksud amalan yang diterima (maqbul) adalah amal shalih, sebaliknya amalan yang tidak diterima oleh Allah (mardud) tidaklah  disebut amal shalih tapi disebut amalan buruk atau amalan  jelek walaupun manusia menganggapnya “baik” .

 Apabila kita cermati kandungan doa ini dan tatkala Nabi shalallahu alaihi wasallam senantiasa membacanya setiap pagi maka ada dua tinjauan  yang bisa kita mengambil faedah darinya.

Pertama :

Ditinjau dari segi waktunya, bahwa waktu pagi adalah salah satu waktu yang penuh berkah dan pagi adalah pembuka hari sehingga tepat dan sesuai apabila membaca do’a ini  pada waktu tersebut. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mendoakan keberkahan kepada umatnya pada pagi harinya.

Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda :

اللَّهمَّ باركْ لأُمَّتِيْ فِيْ بُكُوْرِهَا

“Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku dalam aktivitas pagi mereka”.  (HR Abu Dawud : 2606, Tirmidzi : 1212, Lihat Shahih Sunan Abi Dawud, no 2270).

Kedua :

Ditinjau dari kandungan do’anya, bahwa tiga perkara ini adalah tujuan, hajat dan tempat berlabuh  manusia disetiap harinya didalam mengarungi lautan kehidupan, segala cita-cita dan tujuan bermuara dari tiga hal ini, yaitu ilmu yang bermanfa’at, rezeki yang halal dan amalan yang diterima.
Ilmu yang dimaksud adalah Ilmu syar’I (ilmu agama), karena ilmu agamalah ilmu yang bermanfa’at secara mutlak, ilmu yang akan menyelamatkan pemiliknya dari kebinasaan dunia dan akhirat.

Adapun ilmu dunia maka akan bermanfaat dan menyelamatkan kepada pemiliknya tatkala dikaitkan dengan ilmu agama diniatkan untuk membela agama.

 Oleh karena itu dalam masalah keduniaan orang Kafirpun diberi ilmunya oleh Allah, tapi ilmu syari’at tidaklah diberikan kecuali kepada orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah dari kalangan orang-orang yang beriman.

Allah Ta’ala berfirman :

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka(orang-orang kafir) hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai”. (QS Ar-Ruum : 7).

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda tentang keutamaan ilmu syari’at :

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka ia akan dipahamkan dalam agama”. (HR Bukhari : 71, Muslim : 1037).

Dalam doa yang agung ini Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mendahulukan permintaan berupa ilmu sebelum rezeki dan amal.

Ini menunjukan bahwa dalam Islam bahwa ibadah, muamalah serta semua aktivitas kehidupan dunia secara umum, dibangun diatas dasar ilmu.

Para ulama mengatakan  : Berilmu sebelum berkata dan berbuat, ungkapan ini didasarkan kepada

firman Allah Ta’ala :

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan yang benar)selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”. (QS Muhammad : 19).

Diantara pelajaran yang lainnya mengapa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mendahulukan Ilmu sebelum rezeki dan amal, adalah karena dengan ilmulah seseorang akan terpelihara dari mendapatkan rezeki yang haram, dengan ilmu seseorang akan bisa membedakan antara harta yang halal dan harta yang haram, sebagaimana dengan ilmu pula seseorang akan mengetahui bagaimana cara beribadah kepada Allah Ta’ala dengan benar yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam kerena hanya ibadah yang ikhlas dan mengikuti sunnah (Ittiba’) yang akan diterima oleh Allah Ta’ala.

Pengaruh keburukan bagi yang mencari rezeki dengan cara yang haram atau mengkonsumsi barang yang haram adalah diantaranya do’anya tidak diijabah oleh Allah, tidaklah ada kemodlaratan yang paling besar dari pada seseorang tatkala ia meminta, memohon, berdo’a kepada Allah tapi Allah tidak mengabulkan permintaannya, menolak untuk mengijabah do’anya disebabkan harta haram yang masuk kedalam perutnya, isteri dan anak-anaknya Na’udzubillah..

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إلَّا طَيِّباً، وإنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ اْلمُرْسَلِيْنَ، فقال تعالى: يَآ أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُواْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُواْ صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ. وقال: يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ . ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ! يَا رَبِّ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حرامٌ، ومَلْبَسُهُ حرامٌ، وغُذِيَ بالحَرَام فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ.

“Wahai sekalian manusia sesungguhnya Allah (maha) baik dan tidaklah menerima kecuali yang baik-baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kaum mu’minin sebagaimana yang telah diperintahkan juga kepada para rasul. Allah Ta’ala berfirman : “Wahai para rasul makanlah yang baik-baik dan lakukanlah amal shalih sesungguhnya Aku mengetahui atas apa yang kalian lakukan”. Dan Allah Ta’ala berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-naik dari apa yang telah Kami berikan berupa rezeki kepada kalian”. Kemudian Rasulullah menyebutkan seseorang yang sedang menmpuh perjalanan (musafir), bajunya lusuh ranbutnya kusut masai, ia menengadahkan kedua tangannya ke atas, ia mengatakan wahai Rabb..wahai Rabb..(bersimpuh berdo’a) akan tetapi (sayang) makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana mungkin ia akan diijabah (do’anya)”.  (HR Muslim : 1015, Tirmidzi : 2989).

Oleh kerena itu manusia terbaik setelah Nabinya shalallahu alaihi wasallam, Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu anhu pernah memuntahkan susu pemberian budaknya yang telah diteguknya dengan cara memasukan jari kemulutnya, ketika ia diberitahu oleh budaknya bahwa susu yang diberikannya hasil upah menipu pur-pura jadi dukun pada masa jahiliyah. Ketika dikatakan kepada Beliau, mengapa engkau melakukan itu semua padahal hanya satu tegukan saja? Maka beliau menjawab :

لَوْ لَمْ تَخْرُجْ إِلَّا مَعَ نَفْسِيْ لَأَخْرَجْتُهَا، سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَقُوْلُ: كُلُّ جَسَدٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فالنارُ أولى بِهِ فَخَشِيْتُ أَنْ يَنْبُتَ شَيْءٌ مِنْ جَسَدِيْ مِنْ هَذِهِ اللُّقْمَةِ.

“Seandainya seteguk susu ini tidak keluar dari perutku kecuali harus keluar dengan nyawaku, niscaya akan aku keluarkan (bersama nyawaku), Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Setiap jasad yang tumbuh dari yang haram maka nerakalah lebih pantas menjadi tempat duduknya”, makanya aku takut tumbuh sesuatu yang haram dari dagingku dengan sebab seteguk susu ini”.  (HR Bukhari : 3842, Potongan Hadits yang akhir diriwayatkan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 1/31).

Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengakhiri do’anya dengan memohon kepada Allah Amalan Mutaqobbalan (amalan nyang diterima), amalan yang diterima adalah amalan yang didasari dengan ilmu dan pemahaman yang benar bukan beribadah diatas kejahilan, kebiasaan, ikut-ikutan atau ro’yu belaka, akan tetapi amalan yang ikhlas hanya mengharapkan wajah Allah dan mutaba’ah (sesuai contoh) Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Semoga kita senantiasa bisa istiqamah membaca serta mengamalkan do’a yang agung ini, Wallahul Muwafiq.

Oleh : Ustad Abu Ghozie As-Sundawie

Donasi Darul Tahfidz Al Kausar Yatim Dhuafa

YAYASAN ARISAN NASI INDONESIA
BANK MANDIRI 1340010363041

Syukron Jazakumullahu Khairan barakallahu fikum

Contact Us :
Wa : 081289851319
FB : Arisan nasi
Instagram : Darul Tahfidz Al Kausar
YOUTUBE : Yayasan Arisan Nasi Indonesia
Email : Arisannasi@gmail.com
Website : http://www.arisannasi.org
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url